PPKI

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia



Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (独立準備委員会 Dokuritsu Junbi Iinkai) atau PPKI adalah panitia yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sebelumnya sudah dibentuk BPUPKI, kemudian dibubarkan oleh Jepang dan dibentuk PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Izin pembentukan badan ini diberikan oleh Hisaichi Terauchi, seorang marsekal Jepang yang berada di Saigon.[1] Badan ini dibentuk sebelum MPR ada.[2]

KeanggotaanSunting

Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa). Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai berikut:[3]
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Indonesian Preparetory Comitee Independence
独立準備委員会
Dokuritsu Junbi Iinkai
Tentang lembaga
Dibentuk7 Agustus 1945; 74 tahun lalu
Pejabat eksekutif
  • Sukarno, Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
  • Hatta, Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
  1. Ir. Soekarno (Ketua)
  2. Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
  3. Prof. Mr. Dr. Soepomo (anggota)
  4. KRT Radjiman Wedyodiningrat (anggota)
  5. R. P. Soeroso (anggota)
  6. Soetardjo Kartohadikoesoemo (anggota)
  7. Kiai Abdoel Wachid Hasjim (anggota)
  8. Ki Bagus Hadikusumo (anggota)
  9. Otto Iskandardinata (anggota)
  10. Abdoel Kadir (anggota)
  11. Pangeran Soerjohamidjojo (anggota)
  12. Pangeran Poerbojo (anggota)
  13. Dr. Mohammad Amir (anggota)
  14. Mr. Abdul Maghfar (anggota)
  15. Teuku Mohammad Hasan
  16. Dr. GSSJ Ratulangi (anggota)
  17. Andi Pangerang (anggota)
  18. A.A. Hamidhan (anggota)
  19. I Goesti Ketoet Poedja (anggota)
  20. Mr. Johannes Latuharhary (anggota)
  21. Drs. Yap Tjwan Bing (anggota)
Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu:
  1. Achmad Soebardjo (Penasihat)
  2. Sajoeti Melik (anggota)
  3. Ki Hadjar Dewantara (anggota)
  4. R.A.A. Wiranatakoesoema (anggota)
  5. Kasman Singodimedjo (anggota)
  6. Iwa Koesoemasoemantri (anggota)
Tanggal 8 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, SoekarnoHatta dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalatuntuk bertemu Marsekal Terauchi.
Hal yang dibahas dan diubah dalam sidang tanggal 18 agustus 1945
  1. Kata Mukadimah diganti menjadi kata Pembukaan
  2. Sila pertama yaitu "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diganti menjadi "ketuhanan yang maha esa"
  3. Pasal 28 UUD 1945 yang berbunyi "Negara berdasar atas Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diganti menjadi pasal 29 UUD 1945 yaitu "Nagara berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa"
  4. Pada Pasal 6 Ayat (1) yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam diganti menjadi Presiden ialah orang Indonesia asli.

    Sidang-Sidang PPKI:Sunting

    Sidang 18 Agustus 1945
    • Mengesahkan Undang-Undang 1945.
    • Memilih dan mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden.
    • Tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat sebelum dibentuknya MPR dan DPR.
    Sidang 19 Agustus 1945
    PPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945.
    • Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara
    • Membentuk Pemerintahan Daerah. Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur.
    No.ProvinsiNama Gubernur
    1
    Sumatra
    Mr T.M. Hasan.jpg
    Mr. Teuku Muhammad Hasan
    2
    Jawa Barat
    SUTARDJO KARTOHADIKUSUMO.jpg
    Mas Sutardjo Kertohadikusumo
    3
    Jawa Tengah
    Raden panji suroso.jpg
    Raden Pandji Soeroso
    4
    Jawa Timur
    RT-Soerjo.jpg
    R. M. T. Ario Soerjo
    5
    Sunda Kecil
    I Gusti Ketut Pudja - cropped.jpg
    I Gusti Ketut Pudja
    6
    Maluku
    Portrait of Johannes Latuharhary.jpg
    Mr. Johannes Latuharhary
    7
    Sulawesi
    Sam Ratulangi.jpg
    Dr. G. S. S. Jacob Ratulangi
    8
    Borneo
    Pangeran Moh. Noor.jpg
    Ir. H. Pangeran Muhammad Noor

    Sidang 22 Agustus 1945Sunting

    1. Membentuk Komite Nasional IndonesiaSunting

    2. Membentuk Partai Nasional IndonesiaSunting

    3. Membentuk Badan Keamanan RakyatSunting

    Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) bertujuan agar tidak memancing permusuhan dengan tentara asing di Indonesia. Anggota BKR adalah himpunan bekas anggota PETAHeiho, Seinendan, Keibodan, dan semacamnya.

0 komentar:

Puisi

Puisi

bentuk dari karya sastra
Puisi (dari bahasa Yunani kunoποιέω/ποιῶ(poiéo/poió) = I create) adalah sebuah senitertulis. Puisi merupakan karya sastra seseorang dalam menyampaikan pesan melalui diksi dan pola tertulis. Penyair adalah orang yang membuat atau menciptakan puisi. Dalam bentuk seni ini, seorang penyair menggunakan bahasa untuk menambah kualitas estetis pada makna semantis. Menurut KBBI puisi adalah:
  1. Ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait
  2. Gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus
  3. Sajak[1]
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter, dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Pandangan kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu, puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain masuk ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zig zag, dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulisuntuk menunjukkan pemikirannya. Puisi kadang hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca, hal tersebut mungkin membuat puisi menjadi tidak atau kurang bisa dimengerti. Tetapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada batasan bagi seorang penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri, yaitu 'pemadatan kata'. Kebanyakan penyair aktif sekarang, baik pemula ataupun bukan, lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Di dalam puisi juga biasa disisipkan majasyang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga bermacam-macam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Di beberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.

Hal-hal membaca puisiSunting

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi sebagai berikut:
Ekspresi adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi. Mimik adalah gerak air muka.
  • Kinestetik yaitu gerak anggota tubuh.
  • Kejelasan artikulasi
Artikulasi yaitu ketepatan dalam melafalkan kata-kata.
  • Timbre yaitu warna bunyi suara (bawaan) yang dimilikinya.
  • Dinamik artinya keras lembut, tinggi rendahnya suara.
  • Intonasi atau lagu suara.
Dalam sebuah puisi, ada tiga jenis intonasi antara lain sebagai berikut:
  1. Tekanan dinamik yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
  2. Tekanan nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan sebagainya. Suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan sebagainya.
  3. Tekanan tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.

    Unsur-unsur puisiSunting

    Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi.

    Struktur fisik puisiSunting

    Struktur fisik puisi terdiri dari:
    • Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
    • Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
    • Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
    • Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata konkret “salju" melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain. Sedangkan kata konkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.
    • Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapun macam-macam majas antara lain metaforasimilepersonifikasilitotesironisinekdokeeufemismerepetisianaforapleonasmeantitesisalusioklimaksantiklimakssatirepars pro totototem pro parte, dan paradoks.
    • Rima atau Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
    1. Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.)
    2. Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
    3. Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

    Struktur batin puisiSunting

    Struktur batin puisi terdiri dari:
    • Tema/makna (sense), media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
    • Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
    • Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
    • Amanat/tujuan/maksud (intention), yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

      Jenis-jenis puisiSunting

      Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.

      Puisi lamaSunting

      Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain:
      • Jumlah kata dalam 1 baris
      • Jumlah baris dalam 1 bait
      • Persajakan (rima)
      • Banyak suku kata tiap baris
      • Irama
      Ciri puisi lama:
      • Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
      • Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
      • Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.

      MantraSunting

      Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contoh:
      Assalamu’alaikum putri satulung besar
      Yang beralun berilir simayang
      Mari kecil, kemari
      Aku menyanggul rambutmu
      Aku membawa sadap gading
      Akan membasuh mukamu

      PantunSunting

      Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka. Contoh pantun nasihat:
      Kalau ada jarum patah
      Jangan dimasukkan ke dalam peti
      Kalau ada kataku yang salah
      Jangan dimasukkan ke dalam hati

      KarminaSunting

      Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek. Contoh:
      Dahulu parang sekarang besi (a)
      Dahulu sayang sekarang benci (a)

      SelokaSunting

      Seloka adalah pantun berkait. Contoh:
      Lurus jalan ke Payakumbuh,
      Kayu jati bertimbal jalan.
      Di mana hati tak kan rusuh,
      Ibu mati bapak berjalan.

      GurindamSunting

      Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat. Contoh:
      Kurang pikir kurang siasat (a)
      Tentu dirimu akan tersesat (a)
      Barang siapa tinggalkan sembahyang (b)
      Bagai rumah tiada bertiang (b)
      Jika suami tiada berhati lurus (c)
      Istri pun kelak menjadi kurus (c)

      SyairSunting

      Syair adalah puisi yang bersumber dari Arabdengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita. Contoh:
      Pada zaman dahulu kala (a)
      Tersebutlah sebuah cerita (a)
      Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
      Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

      TalibunSunting

      Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris. Contoh:
      Kalau anak pergi ke pekan
      Yu beli belanak pun beli sampiran
      Ikan panjang beli dahulu
      Kalau anak pergi berjalan
      Ibu cari sanak pun cari isi
      Induk semang cari dahulu

      Puisi baruSunting

      Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
      Ciri-ciri Puisi Baru:
      • Bentuknya rapi, simetris;
      • Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
      • Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
      • Sebagian besar puisi empat seuntai;
      • Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
      • Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar): 4-5 suku kata.

      BaladaSunting

      Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.

      HimneSunting

      Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhantanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan. Contoh:
      Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
      Mengagungkan namaMu dengan cara sendiri
      Menggeliat derita pada lekuk dan liku
      bawah sayatan khianat dan dusta.
      Dengan hikmat selalu kupandang patungMu
      menitikkan darah dari tangan dan kaki
      dari mahkota duri dan membulan paku
      Yang dikarati oleh dosa manusia.
      Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
      dunia kehilangan sumber kasih
      Besarlah mereka yang dalam nestapa
      mengenalMu tersalib di dalam hati.
      (Saini S.K)

      OdeSunting

      Ode adalah sajak lirik untuk menyatakan pujian terhadap seseorang, benda, peristiwa yang dimuliakan, dan sebagainya[2] . Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum. Contoh:
      Generasi Sekarang
      Di atas puncak gunung fantasi
      Berdiri aku, dan dari sana
      Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
      Generasi sekarang di panjang masa
      Menciptakan kemegahan baru
      Pantun keindahan Indonesia
      Yang jadi kenang-kenangan
      Pada zaman dalam dunia
      (Asmara Hadi)

      EpigramSunting

      Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan. Contoh:
      Hari ini tak ada tempat berdiri
      Sikap lamban berarti mati
      Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
      Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
      (Iqbal)

      RomansaSunting

      Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Prancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra

      ElegiSunting

      Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang. Contoh:
      Senja di Pelabuhan Kecil
      Ini kali tidak ada yang mencari cinta
      di antara gudang, rumah tua, pada cerita
      tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
      menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
      Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
      menyinggung muram, desir hari lari berenang
      menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
      dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
      Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
      menyisir semenanjung, masih pengap harap
      sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
      dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
      (Chairil Anwar)

      SatireSunting

      Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb.). Contoh:
      Aku bertanya
      tetapi pertanyaan-pertanyaanku
      membentur jidat penyair-penyair salon,
      yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
      sementara ketidakadilan terjadi
      di sampingnya,
      dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
      termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
      (WS Rendra)

      Menurut bentukSunting

      DistikonSunting

      Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai). Contoh:
      Berkali kita gagal
      Ulangi lagi dan cari akal
      Berkali-kali kita jatuh
      Kembali berdiri jangan mengeluh
      (Or. Mandank)

      TerzinaSunting

      Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai). Contoh:
      Dalam ribaan bahagia datang
      Tersenyum bagai kencana
      Mengharum bagai cendana
      Dalam bah’gia cinta tiba melayang
      Bersinar bagai matahari
      Mewarna bagaikan sari
      (Sanusi Pane)

      KuatrenSunting

      Kuatren, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai). Contoh:
      Mendatang-datang jua
      Kenangan masa lampau
      Menghilang muncul jua
      Yang dulu sinau silau
      Membayang rupa jua
      Adi kanda lama lalu
      Membuat hati jua
      Layu lipu rindu-sendu
      (A.M. Daeng Myala)

      KuintSunting

      Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
      Hanya Kepada Tuan
      Satu-satu perasaan
      Hanya dapat saya katakan
      Kepada tuan
      Yang pernah merasakan
      Satu-satu kegelisahan
      Yang saya serahkan
      Hanya dapat saya kisahkan
      Kepada tuan
      Yang pernah diresah gelisahkan
      Satu-satu kenyataan
      Yang bisa dirasakan
      Hanya dapat saya nyatakan
      Kepada tuan
      Yang enggan menerima kenyataan
      (Or. Mandank)

      SekstetSunting

      Sekstet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai). Contoh:
      Merindu Bagia
      Jika hari’lah tengah malam
      Angin berhenti dari bernapas
      Sukma jiwaku rasa tenggelam
      Dalam laut tidak terwatas
      Menangis hati diiris sedih
      (Ipih)

      SeptimaSunting

      Septima, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai). Contoh:
      Indonesia Tumpah Darahku
      Duduk di pantai tanah yang permai
      Tempat gelombang pecah berderai
      Berbuih putih di pasir terderai
      Tampaklah pulau di lautan hijau
      Gunung gemunung bagus rupanya
      Ditimpah air mulia tampaknya
      Tumpah darahku Indonesia namanya
      (jawir)

      Oktaf atau StanzaSunting

      Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai). Contoh:
      Awan
      Awan datang melayang perlahan
      Serasa bermimpi, serasa berangan
      Bertambah lama, lupa di diri
      Bertambah halus akhirnya seri
      Dan bentuk menjadi hilang
      Dalam langit biru gemilang
      Demikian jiwaku lenyap sekarang
      Dalam kehidupan teguh tenang
      (Sanusi Pane)

      SonetaSunting

      Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belandadiperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris). Contoh:
      Gembala
      Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
      Melihat anak berelagu dendang ( b )
      Seorang saja di tengah padang ( b )
      Tiada berbaju buka kepala ( a )
      Beginilah nasib anak gembala ( a )
      Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
      Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
      Pulang ke rumah di senja kala ( a )
      Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
      Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
      Melagukan alam nan molek permai ( a )
      Wahai gembala di segara hijau ( c )
      Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
      Maulah aku menurutkan dikau ( c )
      (Muhammad Yamin)

      Puisi kontemporerSunting

      Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan pula sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
      Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:

      Puisi mantraSunting

      Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachriadalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
      1. Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
      2. Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
      3. Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
      Contoh:
      Shang Hai
      ping di atas pong
      pong di atas ping
      ping ping bilang pong
      pong pong bilang ping
      mau pong? bilang ping
      mau mau bilang pong
      mau ping? bilang pong
      mau mau bilang ping
      ya pong ya ping
      ya ping ya pong
      tak ya pong tak ya ping
      ya tak ping ya tak pong
      sembilu jarakMu merancap nyaring
      (Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak1981)

      Puisi mbelingSunting

      Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Puisi mbeling adalah bagian dari gerakan mbeling yang dicetuskan oleh Remy silado, suatu gerakan yang ditujukan untuk mendobrak sikap rezim orde baru yang dianggap feodal dan munafik. Dalam bahasa Jawa mbeling berarti nakal atau memberontak terhadap kemapanan dengan cara cara yang menarik perhatian[3]. Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Puisi mbeling berciri mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
      Contoh:
      Sajak Sikat Gigi
      Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
      Di dalam tidur ia bermimpi
      Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
      Ketika ia bangun pagi hari
      Sikat giginya tinggal sepotong
      Sepotong yang hilang itu agaknya
      Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
      Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
      (Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi1974)
      Selain itu, puisi mbeling juga menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan, dan menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.

      Puisi konkretSunting

      Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya. Contoh:
      Doktorandus Tikus I
      selusin toga
      me
      nga
      nga
      seratus tikus berkampus
      diatasnya
      dosen dijerat
      profesor diracun
      kucing
      kawin
      dan bunting
      dengan predikat
      sangat memuaskan
      (F.Rahardi dalam Soempah WTS1983)
      Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
      • Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
      • Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
      • Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
      • Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)

2 komentar: